Porsi Belanja Emas Masyarakat RI Menanjak

BISNIS.COM, Jakarta – Kepentingan publik untuk meningkatkan aset mereka dalam instrumen emas cenderung meningkat jika bisnis perbankan dana perbankan (DPK) perlahan -lahan tumbuh.

Read More : Pengiriman TWS Tumbuh 18% Kuartal I/2025, Tertinggi Sejak 2021

Kepala Departemen Riset Pasar Makroekonomi dan Keuangan PT Bank Mandiri (Persero) TBK. (BMRI) Dian Ayu Yustina menjelaskan bahwa ini dapat dilihat dari peningkatan pendapatan yang dapat dikeluarkan (pendapatan yang tersedia) dari rumah tangga, yang dapat dimasukkan dalam instrumen logam mulia.

“Karena emas saat ini dipandang sebagai aset Safe Haven alternatif. Jadi peningkatannya sangat penting dan bahkan dari akhir 2022,” katanya pada konferensi pers prospek ekonomi Q2 2025 secara praktis pada hari Senin (19 Mei 2025).

Dia menjelaskan bahwa penempatan aset untuk emas/perhiasan menyentuh 32,9% dari semua pendapatan yang tersedia pada Maret 2025. Bagian naik dari 27,5% pada Maret 2023.

Sementara itu, bagian dari ekuitas, kepemilikan 2,3%, 11,6%dan 6%lainnya pada Maret 2024. Produk tabungan masih mendominasi dengan bagian dari penempatan aset/setoran 47,23%.

“Ini tentu akan mengubah pola kecil penempatan barang -barang komunitas, baik untuk disimpan, baik itu untuk aset properti dan alternatif,” tambahnya.

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) menemukan bahwa pengumpulan dana ketiga pada Maret 2025 mencapai 8.725,6 triliun rp dan naik 4,7% yoy. Sayatan melambat dari pertumbuhan pada Februari 2025, yang 5,6% per tahun.

Perlambatan ini terutama disebabkan oleh pertumbuhan perusahaan DPK, yang mulai Maret 2025 hanya naik 9,7% menjadi 4.204,1 triliun rp dan melambat dibandingkan dengan bulan sebelumnya, yaitu 12,9%.

Di sisi lain, penghematan pelanggan individu menunjukkan peningkatan sebesar 1,1% di tahun menjadi 4.116,1 triliun rp setelah selesai 0,9% pada Februari 2025.

Sebelumnya, Kepala Bankir OJK -Supervisory -Dian Ediana Rae diketahui bahwa pertumbuhan deposito perbankan dalam tiga bulan pertama dalam tiga bulan pertama dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti realisasi anggaran negara, kebutuhan perusahaan untuk membayar tunjangan liburan (THR) dan dividen serta bunga konsumsi publik.

“Selain itu, volatilitas pasar keuangan yang tinggi dan kondisi ekonomi global yang tidak stabil membuat masyarakat berperilaku terlalu konservatif dan memilih untuk menghemat uang dan berinvestasi dalam instrumen dengan risiko rendah seperti emas dan SBN,” kata Dian dalam presentasinya, mengutip pada hari Rabu (14 Mei 2025).

Dia melihat bahwa perilaku konservatif masyarakat dapat dipahami dan merupakan salah satu mekanisme yang masuk akal di tengah dinamika ekonomi saat ini.

Sementara itu, direktur Presiden BCA Jahja Setiaatmadja dianggap cukup sulit untuk mengembangkan deposito pada kuartal pertama tahun 2025, terutama untuk kategori individu.

Jahja mengatakan bahwa setoran individu perusahaan berada dalam tren pertumbuhan negatif. “Jujur, kami mengatakan bahwa saingan dengan instrumen lain lebih menarik daripada deposito. [Instrumen lain] tersedia di pasar,” katanya pada hari Rabu (23 April 2025) dalam presentasi kinerja.

Selain itu, ia menyebutkan komunitas, terutama mereka yang memiliki dana berlebih, menurut pendapatan yang lebih besar dari bunga setoran yang ditawarkan oleh bank. Oleh karena itu, persaingan untuk merekam dan memelihara dana setoran cukup ketat.

Untuk informasi, BCA saat ini menentukan tingkat deposit tertinggi sebesar 3,25% dan nilai terendah 2,00% per tahun. Dia juga mengakui ini sebagai salah satu tantangan.

“Dengan hubungan yang baik dan pelayanan yang baik, BCA dapat memiliki BCA di BCA di BCA tanpa harga khusus RP214 -mililion -miliar deposito,” kata Jahja.

Sepanjang I/2025 -Quarter -BCA, koreksi setoran 0,9% yoy dari RP216 miliar RP214 miliar Rp. Sementara itu, dana murah, yang terdiri dari deposito permintaan dan tabungan, naik 9,5% per tahun atau 7,5%.

Periksa pesan dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *