
TKDN Jadi Alat Negosiasi Tarif Trump, Bagaimana Dampak ke Industri RI?
PORTALTERKINI, pemain industri Jakarta memperingatkan bahwa jika tidak ada aturan perlindungan pasar yang ketat, aturan Executive Plan (TKDN) untuk komponen rumah tangga oleh industri lokal mungkin terancam punah.
Pada saat ini, TKDN dalam bentuk sistem non -Turf (NTM) atau kebijakan non -Turf Indonesia dalam perdagangan internasional untuk mempertahankan persaingan industri lokal. Efektivitasnya penting dalam mendorong investasi di negara itu untuk mencapai pasar domestik.
Namun, pemerintah baru -baru ini merencanakan untuk meningkatkan TKDN lebih fleksibel. Salah satunya adalah TKDN untuk Aplikasi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TI) Aplikasi (TI) untuk konservasi tarif timbal balik dengan Amerika Serikat (AS).
Ekonom veteran Jakarta Upn dan ahli mendadak Noor Hidayat mengatakan rencana itu berisiko bagi industri nasional. Ini adalah kesalahan strategis awal untuk menggunakan TKDN sebagai pertukaran media dalam diskusi.
“Senin (1/3/21) mengutip Achmad,” salinan impor impor dan perluasan aturan TKDN yang lebih fleksibel akan mengirimkan gelombang kejut negatif di seluruh ekonomi nasional. ”
Dia mempertimbangkan aturan TKDN, yang sering dianggap sebagai tantangan. Namun, ketentuan kesenjangan untuk industri ini terlibat dalam rantai pasokan industri yang lebih besar, terutama dalam proyek pemerintah atau BUMN yang membutuhkan persentase dari beberapa komponen lokal.
Menurutnya, jaringan keamanan terakhir untuk Indus setempat sama dengan eliminasi atau pelunakan kondisi ini dan aliran cepat produk impor murah mereka.
“Konsekuensinya jelas, pengurangan produksi domestik, mematikan sedikit dan menengah, mengurangi pekerjaan dan perluasan defisit keseimbangan bisnis,” katanya.
Asosiasi Fasilitas Industri Telematis Indonesia (AIPTI) juga telah meminta pemerintah untuk mempertahankan kebijakan TKDN untuk melindungi industri investasi di negara tersebut.
Sekretaris Jenderal Aipti Joizento mengatakan bahwa jika kebijakan TIK secara tidak langsung diimpor produk termasuk ponsel, komputer genggam, tablet (HKT), itu akan dengan mudah masuk dan memulihkan pasar domestik. Selain itu, struktur pengeluaran produksi dalam negeri masih dianggap tinggi dan tidak dapat bersaing dengan produk impor murah.
Misalnya, ia menjelaskan bahwa biaya pos berada di sekitar RP. 60 juta, RP Tes Biaya Tes (SAR) yang ditentukan untuk penyerapan. 250 juta, TKDN adalah RP. 30-50 juta. Ini adalah biaya yang harus ditransfer keluar dari biaya produksi.
“Pertanyaannya adalah HKT, jika impor yang tidak terkendali adalah karyawan di mana Samsung akan hilang, karyawan mungkin hilang, saya tidak berpikir pemerintah tidak akan mengizinkannya,” katanya kepada Bisisis secara mandiri.
Di satu sisi, TKDN adalah salah satu tantangan bagi investor asing yang berinvestasi di pasar domestik. Karena TKDN membutuhkan biaya tambahan yang cukup.
Untuk Indonesia, di mana tidak ada penghalang bisnis, TKDN adalah seorang seniman untuk bersaing dengan produk asing di pasar domestik untuk industri.
Demikian pula, Sekretaris Jenderal Gabel Daniel Suhardimon mengatakan bahwa kebijakan TKDN perlu diperkuat untuk mempertahankan persaingan untuk industri dalam negeri. Juga, ada banyak produsen elektronik yang sudah memiliki kemampuan untuk menghasilkan penduduk setempat.
“Menurut pendapat kami, kebijakan tersebut harus lebih kuat dan tidak berubah. Jika terasa nyaman maka negara bagian atau produk lain juga akan dirilis,” kata Daniel Bissonis pada hari Rabu (9/4/2025).
Dia juga meminta pemerintah untuk mengecualikan produk elektronik dalam rencana rilis TKDN. Daniel menekankan bahwa penerapan sektor tiket elektronik penting untuk meningkatkan penggunaan industri elektronik serta menarik jaminan dan investasi.
Periksa berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel